Rabu, 30 April 2014

PEM's EDUCATION EXPO 2014


Bagi kalian yang sedang mencari informasi beasiswa study di universitas luar negeri atau berminat untuk melanjutkan study non-beasiswa ke luar negeri, jangan lewatkan acara yang satu ini :

Hari / Tanggal : Jum'at - Sabtu / 16 - 17 Mei 2014
Tempat : Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Pancasila ruang 113-114, 301-303
Waktu : 10.00 - 17.00

Acaranya ada apa aja sih ?
Seminar, Talk Show, dan Pameran Education Expo

Day 1 : 
1. Seminar mengenai Study in France & Italy by Institut Francais Indonesia & Uni-Italy
2. Seminar mengenai Encourage The Youth To Build Indonesia by Mrs. Nuning Purwaningrum Hallet, Executive Director of Yayasan DISPORA RI
3. Seminar mengenai Us Student Visa by Mr. Etan Schwartz, vice council of US Embassy

Day 2 :
4. Seminar mengenai Student exchange : An Opportunity to experience world education by Mrs. Tri Widyastuti as Dean of FEB-UP
5. Seminar mengenai Study in Natherland & Japan by Nuffic Neso & Jasso
6. Talkshow yang mengangkat tema Build up your experience with study aboard by M. Assad

Peserta Pameran PEM Education Expo :
1. Campus France IFI (France)
2. Uni-Italy (Italy)
3. JASSO (Japan)
4. Nuffic Nesso (Belanda)
5. KCC (Korea Selatan)
6. Embassy Of Malaysia (Malaysia)
7. DIASPORA RI (Indonesia)
8. Embassy Of India (India)


Kalau mau ikutan gimana caranya ?
Untuk mendaftar seminar dan talk show via Twitter dengan format :

Nama(spasi)Pekerjaan(spasi)asal sekolah/Universitas/kantor(spasi)Seminar 1-6 #Registration @Pem_One

CONTOH : 
Gilang Mahasiswa UniversitasPancasila 2,4,6 #Registration @Pem_One
Untuk Mendaftar via SMS dengan format :
Nama(spasi)Pekerjaan(spasi)asal sekolah/Universitas/kantor(spasi)Seminar 1-6 #Registration kirim sms ke 085711047335
CONTOH : Gilang Mahasiswa UniversitasPancasila 2,4,6 #Registration sms ke 085711047335
 
Event ini GRATIS dan Terbuka untuk Umum ^^

Keuntungannya apa ?
Kalian akan dapat SERTIFIKAT karena telah mengikuti acara ini , mendapat informasi beasiswa untuk melanjutkan pendidikan di luar negri, bertemu dengan para pembicara yang sukses dan keren ^^

Seru kan ? So jangan sampe kalian tidak ikut dalam acara keren ini guys. Untuk informasi lebih lanjut silahkan langsung hubungi :

081212650265 (Jessica),
087877164798 (Dewi),
085711047335 (Putri) or
Mention ke @
pem_One

Regrads,
Pancasila English Meeting Education Expo 2014

Ketika Pakai Kerudung Dianggap Berbeda…


 
Tidak terasa besok adalah hari pertama aku melakukan OSPEK di kampus, semoga besok tidak seburuk apa yang dibilang orang-orang, dunia kampus dengan para teman baru dan lingkungan baru. Aku akan kuliah dikampus yang mayoritas mahasiswa dan dosennya keturunan Tionghoa sama seperti ku.
“ Ra, kamu besok masuk jam berapa “? Tanya papa.
“ Besok, masuk jam 09.00 pagi.”Ucap ku.
“ Ya sudah met bobo .” kata mama dan papa.
“Met bobo mama dan papa.” Kata ku dengan senyum.
****
Keesokan paginya saat dikampus semua memperhatikanku, papa dan mama mengantarkanku sampai kekampus, saat dikampus aku merasakan keanehan kenapa ya apa ada yang salah dengan penampilanku, aku masih binggung. Akupun berkenalan dengan beberapa teman baru Rina, Sachi dan Desy mereka bukan keturunan Tionghoa sepertiku tetapi pribumi.
Hai, perkenalkan namaku Rina. “ Sapa Rina dengan ramah.
“ Hai, kami Desy dan Sachi salam kenal.” Sapa Desy dan Sachi dengan ramah.
“ Hai, namaku Almira, salam kenal.” Ku membalas sapaan mereka dengan ramah.
“ Kamu, masih keturunan Tionghoa ? kok pakai kerudung.” Tanya mereka serempak.
“Lho, aku ini Tionghoa muslim dan pakai kerudung sejak SD.”jawabku dengan ramah.
“Oh, maaf ya.”jawab mereka dengan hati-hati.
Tiba-tiba datang seorang perempuan, dia berkata sangat menyinggung ku dan keluargaku.tapi kutanggapi dengan tenang karena tidak mau ribut dengan dia.
“ Hei, nama kamu siapa “? Tanyanya dengan sinis.
“ Nama ku Almira, kamu sendiri siapa’? Tanyaku dengan ramah.
“ Nama ku Gina .” Jawabnya dengan sinis.
“Eh kamu Tionghoa muslim ya ? Tanyanya lagi dengan ketus
“ Ya, memangnya kenapa ?Tanyaku kepadanya.
“ Berarti keluarga kamu miskin ya ? Tanyanya kembali.
“ Popo dan Akungku memang kelurga biasa saja.”Jawabku dengan kesal.
“Oh, pantas karena kalau kaya raya mana mungkin masuk Islam, biasanya katholik atau buddha.” Ucapnya sambil berlalu meninggalkan ku.
“ Ya Allah, berikanku kesabaran, amin.” Ucapku dalam hati.
Teman-teman baruku segera mendekatiku, mereka bilang memang jarang sekali anak keturunan Tionghoa muslim memakai kerudung seperti ku, pantas saja semua melihatku dengan tatapan aneh.
****
Setelah berjalannya waktu aku mulai biasa dengan cemohan dan hinaan yang lain tidak jauh berbeda dengan Gina, tapi aku bersyukur tidak pernah terlibat pertengkaran hebat, malah dengan keterbedaan diriku mempunyai banyak teman serta dosen-dosen pun menaruh perhatian padaku.
Alhamdulillah, dengan keterbedaan ku karena satu-satunya Tionghoa muslim di kampus yang mengenakan kerudung, di angkatan ku gambarku dijadikan sampul untuk brosur kampus, pihak merketing kampus beranggapan bahwa fotoku dapat mewakili bahwa kampus ku menerima mahasiswi memakai kerudung dan tidak mempersulit mereka dengan kuliah di kampusku.
Ternyata karena keterbedaan ku, Allah SWT telah merencanakan sesuatu yang indah untukku, bahkan dengan keterbedaan ku masih dikenang setelah selesai kuliah oleh dosen-dosen ku serta para pejabat di kampus serta teman-teman di angkatan termasuk para kakak kelas dan adik kelas.
****
Salam untuk teman-teman kuliah ku.

My Last Love


"RAIHAN.. tunguin rara…”
“Rara.. ada apa ra?”
“Pulang bareng yuk rai”
“He.. tumben banget mau pulang bareng rai..”
“kenapa… gak boleh rara pulang bareng sama rai ya?”
“hmmm… boleh.. tapi kok tumben aja gitu, biasanya gak mau rai antarin pulang”
“yuk donk raihan, rara kangen nih sama raihan”, rara tersenyum manis di depan ku…
Aku membalas senyumnya dengan hangat. Rara menggandeng tangan ku, tidak biasanya dia seperti ini. Aku dan rara sudah lama berpacaran, dan selama aku berpacaran dengannya dia tidak pernah mau menggandeng tangan ku alasannya sih takut diledekin orang banyak. Aku ya… nurut aja apa yang diinginkannya. Tapi hari ini berbeda sangat berbeda.. sepanjang jalan menuju parkiran bersamaku dia tersenyum lebar, menggandeng tanganku erat.

Aku menyalakan motorku. Rara duduk di belakang ku, dan memelukku dari belakang. Dengan perasaan yang penuh dengan tanda tanya yang besar aku mengandarai motorku dengan perlahan. Aku tau rara takut sekali kalau aku mengendarai motor dengan laju.
“Rai..”
“Ya ra.. ada apa?’
“Kita jalan jalan dulu yuk”
“Serius ni.., ntar kamu kena marah pulang nya telat”
“Gak kok rai.. tadi rara udah bilang sama mama rara mau jalan jalan dulu sama rai..”
“Kok diizinin sih…”
“Rai ini aneh banget sih.. kemarin marah marah sama rara, katanya rara gak mau diajak jalan, sekarang kok rai yang bingung?”
“He.. bukannya gitu ra.. biasanya kan mama rara gak pernah iziznin kita jalan bareng say..”
“mama udah ngertiin rara kok rai..”
“oooo.. ya udah.. rara mau jalan kemana?”
“heeee… kemana yaaa.. ke taman biasa aja yuk say”
“oce deh”

Aku membawanya ke taman biasa kami kunjungi. Sesampainya disana rara terlihat riang sekali. Sepertinya dia sangat senang jalan dengan ku. Kami menghabiskan waktu bersama di taman. Aku merasa sangat heran sudah sore begini rara tidak menunjukkan tanda tanda untuk mengajak ku pulang. Aku mengahampiri rara yang duduk di bangku taman. Sekali lagi dia tersenyum manis dengan ku. Aku menatapnya dalam. Kami saling bertatapan. Ada perasaan sedih yang melandaku tiba tiba saat aku menatapnya. Ingin sekali aku memeluknya.

“Ra.. kamu baik baik aja kan say..”
“Kenapa rai.. memangnya rara kelihatan seperti orang sakit ya..?”
“gak sih.. tapiii…”
Astaga… tiba tiba rara memelukku… dan anehnya lagi aku tidak merasa senang, aku malah merasa sedih saat rara memelukku. Aku merasa ada yang aneh dengannya hari ini.
“Ha… rara… jangan jangan… cincin yang rai kasih hilang ya…”
“apa…”, muka rara berubah kesal padaku..”
Aku lebih senang melihat dia seperti ini.
“kamu gak bisa romantis dikit ya…”
“terus.. kenapa kamu hari ini.. tiba tiba ngajak pulang bareng… jalan bareng.. terus kenapa meluk rai.. biasanya kalau kayak gini kamu berbuat sesuatu yang tidak menyenangkan.. atau menghilangkan sesuatu”
“raiiiii… rara mencubit lengan ku keras…”
“duh.. duh…. rara.. apaan sihhh… sakit tau…”
“biarin habis nya rai ngeselin sih.. nih lihat cincin rai masih rara pakai..”, rara cemberut.
Aku merasa bersalah, tapi sedikit senang melihatnya cemberut.
“Rara maafin rai ya… pleaseee”
“rara mau maafin rai…t api rai harus terima tantangan dari rara”
“yeahhhh…”
“ya udah kalau gak mau ya gak apa-apa”
“iya deh…apa tantangannya?”
Rara tersenyum padaku, dia kembali menatap ku.
“kalau rai berhasil sehari aja gak ada komunikasi, gak ada sms gak ada telfon gak ke rumah rara, gak temuin rara di kelas rara, rara maafin rai dan bakalan sayang sama rai sampai kapan pun.. rara janji rai jadi cinta terakhir rara”
“ok… kalau rai berhasil.. rai bakalan tagih janji rara sama rai..”
“iya raihan… he”
“pulang yuk rara, udah hampir malam ni, entar mama rara nyariin lagi”
Rara hanya diam. Dia mengikutiku setelah aku menyalakan motor. Kami pulang hampir malam. Di atas motor rara hanya diam, tidak cerewet seperti tadi. Dia memeluk pinggang ku dengan tangannya yang dingin. Aku memegang tangannya. “rara sayang sama raihan lebih dari raihan sayang sama rara”, bisik rara di telinga ku. Aku memegang tangannya begitu erat. kenapa aku merasa sangat sedih. Aku tidak tau apa yang aku rasakan sekarang, aku hanya tidak ingin kehilangan gadis ini. Yang aku tau, hatiku sangat menyayangi rara.
“raihan.. semoga sukses ya melewati tantangan rara”, rara turun dari motor.
“iya rara, masuk lah, ntar mamanya marah”
Rara hanya berdiri di depanku. Menatapku. Seakan ingin mengatakan sesuatu, tapi tidak berani untuk mengungkapkannya.
“ya udah.. rai pulang dulu ya”, aku bersiap untuk pulang, walaupun rasanya tidak ingin pulang”
“rai.., panggil rara”
“ya ra..”
“CUP”
Aku terkejut, dia mengecup pipiku, aku senang, aku membalas nya. Aku mencium kening nya. Dia menatapku lekat. Aku kembali menyalakan motorku dan berlalu dari hadapannya.

Seharian aku tidak melihat rara, aku tidak kasih kabar padanya, rara juga tidak ada kabar. Aku benar benar merasa aneh hari ini. Aku ingin meng callnya tapi kuurungakn niat ku, aku sudah janji pada rara untuk tidak berkomunikasi pada rara satu hari saja. “yeahhhh… sudah terlanjur berjanji apa boleh buat, toh Cuma sehari”, aku bergumam sendiri. Hari ini aku bermalas malasan saja di kelas.

Malam pun tiba, “sial kan malam minggu”, aku kesal sendiri. Biasanya jam segini aku sudah nongkrong di rumah rara. Tapi karena janji itu aku terpaksa di rumah dengan mbok iyem pembantu di rumah ku. Ayah dan ibuku sedang tidak ada di rumah. Jadi sendirianlah aku malam ini dan akhirnya aku putuskan untuk tidur saja sambil menunggu besok pagi.

Aku terbangun, dengan muka yang sangat tidak enak dipandang aku mengambil hp ku, berharap ada berita dari rara, tapi tidak ada sms dari rara yang kuterima. Aku kesal sendiri. Aku putuskan untuk ke rumahnya hari ini. Hatiku sungguh tidak tenang, ingin segera bertemu dengan rara. Setelah aku mengemasi diriku, aku bergegas pergi ke rumah rara.

Sesampainya disana aku sangat terkejut, “ya tuhan.. apa yang terjadi”, kenapa begitu banyak orang disini. Aku sangat cemas saat ini. Kenapa ada bendera putih di rumah rara, siapa yang meninggal. Aku berjalan perlahan menuju rumahnya. Disana aku melihat mama rara menangis. Mama rara menatap ku. Dan menghampiriku.

“RAIHAN…”
“ya tante, kenapa disini banyak orang, siapa yang meninggal tante”, Tanya ku cemas.

Mama rara memelukku. Dia menangis sejadi jadinya. Dia memelukku erat, erat sekali. “Raihan.. maaf.. rara sudah gak ada, rara sudah meninggal, rara meninggal tadi malam, rara terkena kanker otak, dokter sudah memvonis rara hanya punya 24 jam untuk hidup, maafkan tante gak bilang hal ini sama raihan”

Aku terkejut, kakiku lemas, rasanya tidak kuat untuk berdiri lagi. Aku tidak percaya apa yang dikatakan mama rara.
“tante… raihan gak suka candaan tante”, suara ku bergetar. Tangisku ingin meledak mendengarnya. Mama rara menyodorkan sepucuk surat untuk ku
“dari rara.. rara menyuruh tante ngasih surat ini kalau dia sudah gak ada, maaf kan tante raihan”
Aku mengambil surat dari rara dan membacanya.

“KAMU BERHASIL SAYANG, BISAKAH KAMU MELAKUKAN ITU SETIAP HARI TANPA KU?
I LOVE YOU, AKU MENCINTAIMU SELAMANYA”

Aku masuk, dan melihat rara terbaring tidak bergerak, aku mendekatinya, menggennggam tangannya, tangannya sangat dingin, rara kelihatan pucat, air mataku menetes perlahan, “rara… bangun sayang…”, aku berusaha membangunkannya, aku menagis di depan rara. Aku tidak akan pernah melupakan mu rara. Rara akan selalu ada di hati raihan selamanya.

You Are My Destiny


Langit tampak mendung, sepertinya akan turun hujan. Pandanganku beralih pada seorang cowok yang berdiri dekat pintu. Cowok berkulit putih dan berbadan cukup tinggi namun sedikit kurus. Tara,itulah namanya. Aku mengenalnya sejak lama, namun dia tak mengenalku. Hanya sejak kita masuk SMA yang sama dia jadi kenal padaku.
 
Namaku Nira Revita, biasa di panggil Rita.
"hey, ngelamunin apa sih?"suara itu mengagetkanku. Suara sahabatku, Zahfa.
"eeh, gak kok"jawabku dg agak gugup.
"kamu gk pulang Rit? udah mau hujan loh"
"aku nunggu jemputan zah, kamu duluan aja gak apa2"
"kenapa gak bareng si Tara aja sih,arumah kalian kan searah"
"gak zah,atakut ngerepotin dia"
"oo ya udah duluan ya?"
Aku hanya menganggukkan kepala.
***
Keringat membasahi tubuhku, ku rapikan segera perlengkapan untuk kegiatan persami di SMA baruku.
Jangan sampai aku telat dan kena hukuman dari kakak-kakak osis.Tapi harapanku sia-sia, baru saja ku melangkahkan kaki masuk ke sekolah kakak-kakak osis sudah menunggu di pintu dengan wajah yang kelihatan marah.
"cepat masuk! Niat ikut kegiatan ini gak sih? Gak disiplin banget datang telat!" kata salah seorang dari mereka.
"iya kak, maaf saya telat" jawabku.
          
 Setelah terbebas dari kemarahan mereka aku segera masuk menemui zahfa yang kebetulan satu regu denganku.
          
 Acara persami berjalan dengan lancar, tiba waktunya kita untuk pulang ke rumah masing-masing. Aku menunggu ayah menjemputku, Ku lihat Tara yang berjalan dengan lemas dan wajah yang pucat. mungkin dia kelelahan karena semalam dia kena hukuman gara-gara anggota kelompoknya banyak yang melanggar peraturan.
          
 Dia duduk tak jauh dari tempatku berada, tiba-tiba ada yang membasahi pipiku. Apa, air mata? Aku menangis, tapi mengapa aku menangis? Aku menangisi keadaan Tara yang spt itu.
Apa artinya ini?
***
Setelah kejadian hari itu aku merasa ada yang berbeda pada diriku ketika melihat Tara, ada getaran, ada perasaan lain di hatiku. mungkinkah aku jatuh cinta padanya?
Jantungku berdegup kencang ketika di dekatnya, dan aku merasa rindu jika dia tak ada. Tapi apakah ini perasaan yang benar? baru pertama kali ku rasakan perasaan seperti ini.
Seminggu berlalu dan perasaanku semakin tak menentu.kali ini ku benar-benar yakin bahwa aku jatuh cinta pada Tara.dialah cinta pertamaku. Namun betapa kecewanya diriku ketika tau bahwa tara ternyata telah memiliki seorang kekasih. Aku benar-benar patah hati saat itu.
            Sahabat baikku, fita menyuruhku untuk sabar namun meski begitu aku tak pernah bisa melupakan tara.aku begitu menyayanginya. Hingga 3 bulan berlalu aku mendengar berita bahwa tara sudah putus dengan pacarnya, betapa bahagianya aku mengetahui hal itu.entah karna apa tiba-tiba saja aku dan tara menjadi sangat akrab. Aku dan tara jadi lebih sering ngobrol dan bercanda lewat sms. Namun aku tetap tak pernah berani mengungkapkan apa yg sesungguhnya aku rasakan pada Tara. Aku hanya mampu memendam perasaan cinta ini dalam hatiku.
Hingga suatu ketika kecerobohankulah yg mengungkap rahasia itu.
           
 Salah seorang temanku tidak sengaja membaca coretan di Diaryku bahwa aku menyukai tara. Entah apa yang dia lakukan sehingga Tara kemudian tau hal itu dan dia menjauhiku. Aku sangat menyesal mengapa aku begitu ceroboh meletakkan buku itu di atas meja dan meninggalkannya begitu saja sehingga ada orang lain membacanya. Kini hubunganku dengan Tara tidak lagi seperti kemarin-kemarin, dia terlihat menghindari dan menjauhiku. Aku semakin tersiksa dengan perasaanku sendiri. Apa yg kini harus ku lakukan??
***
             Waktu kelulusan sekolah telah tiba.tak terasa 3th sudah ku menempuh pendidikan di SMA ini, dan selama itu pula rasa cintaku untuk tara masih belum bisa mati. Setelah lulus SMA aku meneruskan pendidikanku ke salah satu Universitas Negeri di kota Malang bersama Fita.sedangkan Tara, aku tak pernah tau lagi kabar dan keberadaannya sekarang. Aku berfikir mungkin kami memang tak berjodoh,mungkin Tara dan aku memang tak di takdirkan untuk bersama.
***
"Tiiiit"suara klakson berbunyi. Aku berteriak histeris sambil menutup mata ketika sebuah mobil berkecepatan tinggi melaju ke arahku.
"kau tidak apa-apa?"tanya seseorang padaku.
"aku tidak a..."bicaraku terhenti ketika ku lihat orang yang sedang bertanya padaku ternyata adalah Tara.
"Ta..ta..Tara??"ucapku terbata-bata.
"heh?Rita kan?"jawabnya.
Aku sangat bahagia akhirnya bisa bertemu Tara lagi. Tara kemudian mengantarku pulang setelah kami saling bertukar nomor handphone.
***
"Drtz..drtz"handphone di saku celanaku bergetar.terlihat nama Tara di layarnya,segera ku tekan tombol buka.
"Ku tunggu di taman sekarang"
Aku loncat-loncat kegirangan membaca sms dari Tara. Segera saja aku ganti baju dan pergi menemui Tara..
(Di Taman)
"Tara mana ya?"gumamku dalam hati. Tiba-tiba ada yang menutup mataku dari belakang.
"Rita,aku punya kejutan buat kamu"Suara yang sangat ku kenal.iya,itu suara Tara.
Dia menuntunku hingga ke suatu tempat dan melepas tangannya dari mataku.
Seakan tidak percaya dengan apa yg baru saja ku lihat,aku mengucek-ngucek mataku. Dan ternyata aku tidak menghayal, di sekelilingku terdapat banyak lilin dan Tara, ia tersenyum manis padaku.
"Rita, aku ingin mengakui sesuatu. Aku minta maaf selama ini aku nggak bisa jujur sama perasaanku sendiri. sebenarnya dari dulu aku sayang sama kamu tapi aku gak bisa ungkapin semua itu karna aku takut bakal nyakitin kamu.dan sekarang kita ketemu lagi, aku yakin kalau aku bener-bener sayang sama kamu dan takdirlah yang mempertemukan kita.
“Rita,Maukah kamu menjadi bagian dari hidupku dan temani aku hingga masa tuaku?"
"Tara... Aku juga sayang sma kamu."
"jadi,kamu mau?"
"iya,aku mau"
Aku sangat bahagia mendengar ucapan tara. Tara menyatakan cinta padaku,
Aku selalu berfikir kalau Tara bukan takdirku, dia bukan jodohku. tapi ternyata ku salah! dia adalah cinta pertama dan juga cinta terakhirku. Dialah orang yang menjadi pelengkap dalam hidupku, tulang rusukku, cinta sejati dalam hidupku.



Sebuah Jilbab


Aku terduduk di kursi taman yang terletak tak jauh dari rumahku. Tanganku memegang sebuah novel yang kebetulan belum aku baca sampai halaman terakhir, ku benahi posisi dudukku, dan memasang sebuah headset ke dua saluran pendengaranku. Bola mataku mulai bergerak kanan kiri membaca setiap kata dalam novel. Angin sepoi-sepoi sesekali menerbangkan beberapa helai rambutku. Keadaan sepi seperti di taman ini yang kucari selain mencari tempat yang enak untuk membaca, aku juga ingin menenangkan pikiranku selepas dari sibuknya kegiatan sekolah.

Drrzztt.. Drrzztt..

Kurasakan sesuatu bergetar dari saku celanaku, ya.. Handphone. Segera ku rogoh saku celanaku dan melihat siapa yang mengirimkan pesan.
Assalamualaikum.
Sya, Ima sakit. Di Rumah Sakit Amanda.

Seketika perasaanku berdebar khawatir setelah membaca isi pesan tersebut. Tanpa membalas sms yang masuk, aku langsung pergi menuju rumah sakit yang dimaksud.

***

"Mbak, Ima kenapa?" tanyaku dengan napas terengah-engah, ketika sudah berdiri dihadapan wanita berjilbab anggun itu.

"Mbak, nggak tahu, Sya. Mudah-mudahan Ima nggak apa-apa" jawab wanita yang berumur tiga tahun diatasku, yang kuikuti dengan mengaminkan.

Namanya Hani, kakak Ima, sahabatku. Jari-jarinya terlihat diremas-remas. Wajahnya menunjukkan kekhawatiran yang sangat akan keadaan adiknya itu.
Setelah dokter memeriksa keadaan Ima, dokter memberitahukan jika Ima hanya kelelahan, dan telat makan, yang menyebabkan mag nya kambuh lagi. Aku menghela napas lega. Syukurlah !

*****

Tanganku sudah sibuk berkutat mengerjakan PR rangkuman Geografi yang lupa untuk aku kerjakan tadi malam. Memburu waktu, aku berusaha menyelesaikannya sebelum bel berbunyi, suasana sekolah dan kelas masih terlihat lengang. Aku pun sengaja berangkat pagi hanya untuk tugas itu.

"Huhft, beres juga" gumamku, sambil menghentakkan tangan kananku yang letih sekian saat menggenggam pulpen. Kumasukkan kembali buku dan alat tulisku ke dalam tas.
Kutatap jam berwana ungu muda yang melingkar dipergelangan tanganku , jarum jamnya berhenti pada jam 06.10 WIB. Masih sangat pagi, bukan?

Drzzt.. Drzzt..

Kurasakan getaran didalam tas sekolahku, apalagi kalau bukan pesan masuk. Aku melihat layar hp, muncul sebuah nama : Ima.
Sya, kamu udah nyampe di sekolah? Aku udah ada di halaman nih. Kesini dong

Setelah membaca smsnya, aku bergegas ke halaman belakang sekolah untuk menemui Ima. Disana aku melihat seorang gadis membelakangiku, dengan jilbabnya yang lumayan panjang, dan dilengkapi seragam panjangnya.
Keningku berkerut. "Mana Ima?" gumamku dengan nada suara yang hanya aku yang bisa mendengarnya.

Gadis yang ku lihat itu jelas bukan Ima, Ima gadis tomboy yang paling suka main basket dan main gitar. Aku memutuskan untuk bergegas kembali ke kelas.

"Sya..," panggil seseorang ketika kakiku nyaris melangkah.

Suara itu sudah tak asing bagiku, segera ku tolehkan kepalaku. Aku terkaget-kaget, juga heran dengan apa yang kulihat . Gadis itu tersenyum dan senyuman khas yang sudah sering ku lihat. Aku mendekat pada gadis yang tak lain adalah Ima, gadis yang dikenal tomboy, dan bukan seseorang seperti yang ku lihat sekarang.

"I... Ima, kamu?" Ucapanku menggantung, masih dengan perasaan heran melihatnya berubah 180 derajat.

"Assalamualaikum, Sya. Kenapa? Kamu kaget, ya lihat aku?" jawabnya yang tumben-tumbenan melontarkan salam. Manis sih..

Dhuar. Seperti meletus balaon hijauku.
"Waalaikumsallam, Ma. Jelas! Aku kaget dan gak percaya kamu pake jilbab? Kok bisa, Ma?" tanyaku yang menatap Ima lekat-lekat. Ima tersenyum dan memilih menatap lurus ke depan.

Kami pun duduk di kursi panjang, dekat kolam ikan sebelum meneruskan perbincangan.

"Ini udah saatnya aku menutup aurat, Sya. Aku sadar, aku ini udah baligh, bukan anak kecil lagi. Saat aku masuk rumah sakit kemarin, aku sempat bermimpi ketemu sama Alm. Ibuku. Dia datang menemuiku dengan membawa jilbab berwarna putih. Senyuman ibu begitu indah dan mengembang. Tanpa berbicara satu kata pun ibu menghilang setelah memberikan jilbab yang ia pegang" jelas Ima, air matanya terlihat menetes.

Aku tak menyangka dengan perubahan drastisnya, padahal aku sudah lama mengenal Ima, dan dia paling anti memakai jilbab, apalagi rok. Lebih dari aku yang nggak terlalu risih kalau pake jilbab. Tapi, sekarang ia terlihat anggun, dan nada bicaranya yang lembut tak seperti biasanya.

"Dari situlah aku merasakan kasih sayang ibu yang luar biasa, beliau sejak dulu sangat menginginkan aku memakai jilbab dan menutup aurat. Tapi aku membandel tak mendengar perintah Ibu. Sepertinya sekarang saatnya aku diberikan kerinduan untuk menaati Ibu," butiran bening itu sudah keluar dengan derasnya.

"Aku kangen Ibuku, Sya.."

Aku bisa melihat gurat penyesalan dari mata bulatnya.

"Udah, Ma. Jangan nangis! Aku yakin Ibu kamu udah bahagia sekarang. Kamu cantik, lebih cantik setelah kamu pake jilbab. Aku kagum sama kamu, Ma." Ima mengalihkan pandangannya menjadi menatapku. Lagi-lagi dia tersenyum, dan tangannya mengusap sisa-sisa hujan yang jatuh dari kelopak matanya.

"Aku harap kamu juga bisa pake jilbab, Sya" balas Ima, yang membuatku tercekat. Aku bingung harus membalas omongannya dengan menjawab apa. Aku hanya bisa menggoreskan senyum walaupun kupaksakan.

***

Semenjak memakai jilbab, Ima benar-benar total melaksanakan kewajibannya sebagai seorang muslimah. Dulunya yang jarang banget sholat, sekarang rajin sholat dan juga mengaji. Main basket pun memakai jilbab, padahal kan agak ribet basket make jilbab begitu. Sekarang Ima memilih menambah ikut eskul yang berbau Islami.
Disela-sela acara melamunku, kurasakan seseorang menyentuh bahuku, aku segera menoleh dan beranjak dari dudukku. Sebuah senyum cantik sudah menyambutku.

"Ima," ucapku, saat tahu orang itu adalah Ima.

"Udah adzan, tuh, sholat yuk? Dari pada ngelamunin yang nggak jelas" Ima tersenyum, membuatku tersenyum malu, tahu saja kalau aku sedang melamun tentang dirinya. Setelah sholat, Ima memberikan ku sebuah kotak sedang yang berbalut kertas kado berwarna ungu, warna kesukaanku. Aku menerimanya dengan rasa bingung, inikan bukan hari ulang tahunku. Dan dalam rangka apa Ima memberikan kado itu?.

"Anggap aja itu kado ulangtahun kamu yang udah kelewat. Aku harap kamu bisa pake itu setiap kamu menemui aku. Bukanya di rumah aja, ya, Sya" ucap Ima, yang sudah menjawab pertanyaanku yang belum aku utarakan.

"Makasih, ya, Ma kadonya" balasku yang tak lupa tersenyum, lalu dibalas cepat oleh Ima. Sesampainya di rumah, aku langsung membuka kado yang diberikan Ima, karena dari tadi aku memikirkan apa isinya. Kertas kado yang tadinya rapi, terburu-buru kusobek. Setelah terbuka, ku ambil kain putih yang terlipat rapi itu.

"Jilbab..," gumamku tersentak. "Cantik banget jilbabnya. Tapi, aku belum siap buat berjilbab," ucapku lirih, yang tak lain pada diriku sendiri.

******

Lantunan lagu Katy Perry-Firework berdering lewat handponeku. Tanganku meraba-raba dimana handponeku berada.

"Haduh, siapa sih yang telepon subuh-subuh? Kurang kerjaan apa?" gerutuku, dengan mata yang belum terbuka sempurna. Nama yang tertera dilayar HP pun tak ku lihat jelas.

"Hallo, " sapaku dengan nada sedikit kesal.

"Assalamualaikum, Sya" balas seseorang bersuara parau.

"Waalaikumsallam" jawabku singkat, diantara berat mataku yang terjaga dan tak terjaga.

"Sya, maaf sudah mengganggu subuh-subuh begini. Ini Mbak Hani.."
mendengar nama Mbak Hani, aku langsung bangkit dari tidurku, menjadi posisi duduk. Mataku mulai terbuka sempurna.

"Oh, Mbak! Ada apa, Mbak?"

"Sya, kamu bisa datang ke rumah Mbak, sekarang?" aku mendengar isak tangis dari suara Mbak Hani yang dia sembunyikan. Entah benar atau hanya perasaanku saja.

"Memangnya ada apa, Mbak?"

"Hiks, Ima. . Ima, Sya" tangisan itu memang nyata. Tiba-tiba perasaanku tak enak.

"Mbak, Ima kenapa?"

***

"Tengah malam Mbak masih mendengar Ima keluar kamar dan mengambil wudhu untuk melaksanakan sholat tahajjud. Dan mbak masih mendengar dia mengaji ayat suci Al-Quran. Sekitar pukul 04.00, Mbak pergi ke kamar Ima untuk mengembalikan buku yang Mbak pinjam. Mbak lihat Ima malah terlelap dengan mukena yang masih melekat di tubuhnya, beralas sejadah, dan memegang Al-Quran. Saat mbak akan bangunkan, Ima gak memberi respon dan ternyata Ima udah nggak bernapas lagi," jelas Mbak Hani yang terisak menjelaskan kejadiaannya kepadaku, tepat di pinggir makam Ima yang masih merah, bertabur bunga-bunga segar mewangi, dengan nisan yang kokoh tertancap diatasnya "Fatimah Nurkhoerotun"

Sama halnya dengan Mbak Hani, aku tak menyangka Allah memanggil sahabat terbaikku itu begitu cepat, dan juga dengan cara yang mulia, di hari Jumat pula, hari yang penuh arti menurutku.

*****

Di rumah, segera kubuka surat yang diberikan Mbak Hani dari Ima untukku.
Assalamualaikum, Sya

Alhamdulillah, aku masih bisa menulis surat ini untukmu. Sebelum aku benar-benar merasa Allah akan segera memintaku kembali dan dipeluk dalam syurga-Nya, amien..

Sya, jilbab putih yang aku hadiahkan untukmu, adalah hadiah terakhir yang bisa kuberikan. Dan berharap jika ada keinginan dalam hatimu untuk segera memakainya.

Dulu kamu juga tahu diriku anti terhadap Jilbab. Tapi, alhamdulillah Allah memberikan cahayanya pada hatiku yang gelap. Jilbab itu bukan sesuatu yang buruk, bukan sesuatu yang risih, apalagi bisa menghilangkan kecantikan seorang wanita. Itu salah besar, Sya! Coba kamu perhatikan dirimu di cermin. Betapa cantiknya jika tubuh dan rambut indahmu tertutup, bahkan lebih cantik. Kecantikan yang pertama itu berasal dari hati, kecantikan hati nggak akan pernah pudar, tapi kecantikan wajah, akan berkerut dan mengendor. Allah takkan memerintahkan sesuatu, jika itu bukan untuk kebaikkan. Jilbab melindungi kita dari mata nakal laki-laki, lebih menjaga kita dari hal buruk, dan wujud rasa cinta dan patuh kita sebagai hamba-Nya. Aku masih belajar untuk memakai jilbab sesuai syariat, kamu juga sama. Kita sama-sama belajar.
Oh iya, jangan lupa, Sya. Kalau kamu ingin menemuiku, pake jilbabnya, ya
Sekian dariku, dan Semoga Allah selalu melindungimu.

Wassalamualaikum wr.wb.

Sahabatmu, Ima

Buliran hangat itu mengalir dengan sendirinya di pipi ini tanpa otakku yang memerintahkan. Aku terenyuh, sangat benar yang dituliskan Ima dalam surat itu. Aku menatap bayanganku di cermin, dengan kepala yang terbalut jilbab pemberian Ima. Ya Allah, aku terlihat berbeda dan aku merasakan getaran dalam hatiku, ketenangan yang belum aku rasakan sebelumnya

******

Sodaqallahhul'adzim...
Wa shodaqo rosululloh..

Ku akhiri doaku saat itu disamping makam Ima. Kusirami air dan kutaburi bunga segar. Ku tatap batu nisan yang tertulis namanya.

"Assalamualaikum, Ma. Lihat kan aku datang dengan jilbab yang kamu kasih ke aku. Aku cantik nggak? Hehe. Makasih ya, Jilbab ini sangat berati untukku. Seperti dirimu! Kamu pasti sudah bahagia di Syurga Allah. Terimakasih juga sudah mengingatkanku. Kamu sahabat terbaikku, Ma. Aku sudah berjanji, akan memakai jilbab dan nggak akan aku lepas lagi" –
                                                                                                  By Dewi Sutiyami